|
|
Saturday, October 13, 2007 |
Aku Mandiri Dong (Jalan jalan ke Skøyen, Oslo) |
Ya ampun, sudah tua gini baru dilatih untuk mandiri...Ckckckck, kadang gw merasa gw terlalu tua untuk memulai segala sesuatu.
Mandiri di sini bukan berarti mandi sendiri loh, tapi mengurus keperluan pribadi sendiri. Karena gw sekarang berada jauhhhhh sekali dari keluarga gw, jadi gw harus bisa mandiri mengurus keperluan pribadi gw (dan suami gw tentu saja:P).
Jadi inget, dulu ketika gw izin ke bokap gw untuk kuliah di Bandung, Beliau tidak mengizinkan. Alasannya, supaya tidak jauh dari keluarga dan bisa teratur hidupnya. "Bandung itu jauh Lin, nanti kalo kamu sakit, siapa yang ngurusin". Huuhh.., padahal gw kan pengen belajar mandiri saat itu. Gw rasa itu cuma alasan bokap gw aja, karena nyokap gw bilang, bokap gw itu tidak bisa jauh dari gw. Sekalinya hidup jauh dari orangtua seperti saat ini, ya ammpunnnn, jaraknya naujubilleh jauhnya (kalo dibandingkan dengan jarak Jakarta-Bandung)..
Waktu di Jakarta gw memang belum mandiri untuk saat-saat tertentu. Setelah lulus dari kuliah dan bekerja, gw bisa memenuhi kebutuhan gw dan tidak bergantung dari orangtua lagi. Tetapi untuk hal-hal seperti ngurus translate akta lahir, surat keterangan belum menikah, ke deplu, milih salon kawinan, milih penjahit baju, beli bahan kebaya, sepatu dan sebagainya itu yang belum dapat gw lakukan sendiri. Selalu tergantung pada bokap, nyokap, abang dan adik-adik gw untuk membantu memilihkan barang yang bagus dan mengantar kemana-mana.
Akhirnya, dengan kemampuan bahasa Inggris yang amat ngepas gw berjalan-jalan sendirian ke Oslo (ngepas dalam arti kalo ada kata-kata asing yang tidak dimengerti, langsung telepon suami gw sambil berkata "Bang, ...... artinya apa ya?" hehehe). Tujuan gw ke Oslo bukan untuk jalan-jalan, tetapi untuk mengikuti interview kerja, padahal baru aja dua minggu gw menginjakkan kaki di bumi Stavanger. Seumur-umur gw hidup, belom pernah kemana-mana sendirian, sehingga perasaan gw saat itu ya deg-deg serrr. Untuk kali ini suamiku tidak turut serta menemani, sebab dia kan harus bekerja untuk memenuhi nafkah istrinya:) Selain itu, ongkos pesawatnya mahal lah yauww, mending dipake untuk beli sepatu ato jaket ato perhiasan ato makanan:P
Interview pertama dilakukan di Skøyen, Oslo, Norway (August 20 2007). Pagi-pagi buta, bang Hotler nganterin gw ke bandara Sola Stavanger. Di sepanjang perjalanan dari rumah menuju Sola, suamiku tidak henti-hentinya memberikan nasehat (dari sekian banyak nasehat yang diberikan, cuma satu yang gw inget sampai saat ini "Nanti kalo laper, makan aja ya De" :P). Dari bandara Gardermoen, gw naik kereta ke Skøyen. Setelah sampe di Skøyen, gw berusaha cari alamat perusahaan tempat gw akan diinterview. Ya ampun, saat itu gw baru sadar kalo gw tidak tau gw berada di mana, tidak bisa baca peta mana yang utara mana yang selatan. Dengan sok pede dan sok cool, gw menjelajahi daerah sekitar Skøyen stasjion. Setelah 30 menit berjelajah dan tetap tidak menemukan tempatnya (kata orang HR perusahaan tersebut "It only takes 10 minutes to walk from Skøyen station to our building"), panik mode menerpa.
Gw tanya ke mbak-mbak yang kebetulan persis melintas di depan gw "Hi.. Could you please explain the way to this building?" Dia berusaha baca peta gw selama lima menit dan akhirnya bilang "I am sorry I can't help you. But may be you can go to that way" (sambil nunjuk ke suatu arah yang gw ga tau menuju kemana). Setelah mengucapkan terimakasih dan mbak-mbak tersebut pergi, gw melihat-lihat sekeliling, adakah orang lain yang bisa baca peta dan lebih terpercaya.
Tak lama kemudian bapak-bapak setengah botak, bertato, dan merokok pun lewat. Saat itu gw bingung apakah harus nanya bapak-bapak itu, soalnya tampangnya nyeremin banget, kaya preman gitu. Karena kepepet dan ga ada orang lain yang bisa ditanya sementara waktu terus berlalu, gw beranikan diri bertanya. Persis seperti kalimat sebelumnya "Hi.. Could you please explain the way to this building?" Setelah beberapa detik memandangi peta yang gw bawa akhirnya dia berkata "Of course, I can show you the way. We can walk together to this building". Mungkin Tuhan datang untuk menolong gw melalui bapak-bapak tersebut. Beliau mengantarkan gw ke gedung yang gw ingin tuju. Yang paling bikin gw kaget, dia jago bahasa indonesia bow, sebab pernah kerja di conoco philips indonesia selama 3 tahun. Sayang sekali, gw lupa namanya siapa.
Setelah interview selesai, akhirnya gw balik ke bandara Gardermoen lalu menuju bandara Sola Stavanger. Ada pengalaman menyebalkan di bandara Gardermoen. Gw beli sebotol air mineral dengan harga paling mahal seumur hidup gw, 23 NOk = 34500 Rp. Kalo dibandingin dengan harga sebotol air mineral di jakarta, ckckckck.. bikin sakit kepala.
Dengan berkat Tuhan, gw pun sampe ke Stavanger (dan ke pelukan suami gw) dengan selamat.. Thanks God. Thanks bapak-bapak bertato... |
posted by oline @ 4:39 AM |
|
1 Comments: |
-
hihi..lucu benerrrr ceritanyaa..btw eloe tuh ya udh dibantuin ma bapak2 botak bertato malah dilupain namanya..jd loe beruntung dnk lin..ngobsnya malah bahasa indonesia ma bapak2 itu :p hehe..eh air mineral segitu kan standar disiiniii..mahal yaaa..yah disini mah apa2 mahaall..huhu.
|
|
<< Home |
|
|
|
|
|
|
|
hihi..lucu benerrrr ceritanyaa..btw eloe tuh ya udh dibantuin ma bapak2 botak bertato malah dilupain namanya..jd loe beruntung dnk lin..ngobsnya malah bahasa indonesia ma bapak2 itu :p hehe..eh air mineral segitu kan standar disiiniii..mahal yaaa..yah disini mah apa2 mahaall..huhu.