Tuesday, June 21, 2005
meskipun saya susah..., menderita dalam dunia...
Berbaring di tempat tidur, selama lebih kurang 4 hari, memaksa saya untuk menonton berita-berita terkini di berbagai stasiun televisi (tentunya berita yang sedikit serius, bukan berita poligami yang ramai dipraktekkan oleh artis-artis kita, muak saya mendengarnya). Busung lapar, polio, flu burung (again!!), demam berdarah, gizi balita buruk sekaligus menyerbu Indonesia, negara tercinta yang dalam salah satu lirik lagu disebutkan sebagai negara yang dipuja-puja bangsa. Well, selama ini jika menonton berita-berita tersebut, saya biasanya tak ambil pusing. Dengar cuplikan berita sebentar, kemudian pindah channel ke stasiun yang menyiarkan musik untuk remaja atau sinetron korea. Betul-betul "dont care condition" (istilah ini dapat di kuliah apa sih? KP 1 bukan?).

Namun, cuplikan berita 2 hari yang lalu di liputan 6 benar2 membuka mata dan pikiran saya lebar-lebar, Berita mengenai kelumpuhan yang dialami orang 5 dari 7 orang anak dari sebuah keluarga di NTT benar-benar membuat hati saya miris. Kelima anak tersebut mengalami kelumpuhan yang mengharuskan mereka berjalan dengan cara menggesek-gesekkan badan mereka. Bukan hanya kelumpuhan yang mereka alami, namun juga kesulitan ekonomi. Makan saja sulit, apalagi berpakaian yang bagus. Namun anehnya, mereka masih mampu untuk bersyukur, bernyanyi sambil bersyukur kepada Tuhan. Hati saya serasa dicabik-cabik. Keluarga tersebut, dengan segala kekurangan yang mereka miliki, masih mampu untuk mengucap syukur kepada Tuhan.

Betapa saya tidak mensyukuri anugerah yang telah diberikan Tuhan kepada saya. Selama ini saya merasa yang kurang cantiklah sehingga merengek-rengek minta alat2 kosmetik kepada Ibu saya, kurang baguslah rambutnya sehingga berencana rebonding, kulit yang kurang putihlah sehingga memakai lotion pemutih seperti di iklan-iklan tv, badan kurang tinggilah sehingga mencoba gelantungan di pintu rumah demi menambah tinggi badan, baju kurang modislah, masakan mbak yang kurang lezatlah sehingga masak mie instant (akhirnya kena batunya juga, diare 4 hari gara2 makan mie gelas). Mengucap syukur hanya saat senang, dapat rejeki, jatuh cinta, nilai bagus, dan dapet teman yang baik. Itu juga KALAU INGAT. Jika terjadi hal-hal yang merupakan kebalikan dari itu semua, saya hanya menangis, bertanya-tanya kepada Tuhan, mengapa Tuhan tega sekali memberikan cobaan kepada saya. Padahal cobaan yang saya tanggung cuma sepersejuta dibanding keluarga tersebut. Hina sekali saya jika dibanding keluarga tersebut.

Saya berserta keluarga saya yang menonton berita tersebut hanya terdiam, terdiam larut dalam pikiran masing-masing. Berita tersebut diakhiri lirik lagu yang dinyanyikan dengan gembira oleh keluarga berkekurangan itu "Meskipun saya susah..., menderita dalam dunia.., saya mau ikut Yesus.., untuk selama-lamanya...". Mereka berkekurangan dari segi ekonomi dan fisik, tapi mereka mempunyai iman yang kuat. Saat itu, bibir seorang bocah di keluarga saya berkata, "kakak, kita doakan mereka yuk". Setahun terakhir ini, selain di malam tahun baru kemarin dan di malam-malam ulang tahun anggota keluarga, baru kali ini kami ingat bersyafaat untuk mendoakan sesama. Ampuni kami Allah. Semoga berita tersebut bisa jadi berkat dan renungan untuk siapa saja yang menontonnya.
posted by oline @ 8:57 PM  
6 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
About Me

Name: oline
Home: Stavanger, Rogaland, Norway
About Me:
See my complete profile
Previous Post
Archives
...ngomong dong...
Links
Friends
Datang dari

Template by

Free Blogger Templates

BLOGGER